Dunia sedang mengalami euforia terhadap imunoterapi. Sebuah metode pengobatan kanker yang digadang-gadang sebagai masa depan terapi dengan survival lebih panjang dari metode lainnya. Mari mengenal lebih jauh imunoterapi dari para pakar berikut ini.
Pengobatan imunoterapi kian menjadi perbincangan hangat dalam lingkup pengobatan kanker. Metode pengobatan ini sangat aman dan menjamin kesembuhan pasien.
Imunoterapi merupakan terobosan terbaru dalam pengobatan kanker. Terapi ini menggunakan sistem kekebalan tubuh sendiri untuk melawan sel-sel kanker.
Konsultan Hematologi dan Onkologi Medik dari MRCCC Siloam Hospitals dr Jeffry B Tenggara SpPD, KHOM menjelaskan, tubuh manusia memiliki sel T yang merupakan bagian dari darah putih. Sel darah putih tersebut tugasnya melawan musuh atau sel kanker.
“Prinsipnya imunoterapi ini memanfaatkan mekanisme kekebalan sel-sel tubuh kita sendiri untuk melawan kankernya,” ucap dr Jeffry ditemui di Jakarta, baru-baru ini.
Sel darah putih, terangnya, punya banyak komponen seperti limfosit, basofil, fagosit, dan lainnya. Komponen tersebut berperan dalam melawan kanker adalah sel limfosit T dan NK cellular.
Spesialis Onkologi Medik Dr dr Andhika Rachman, Sp.PD-KHOM dari FKUI/RSCM, Jakarta menambahkan, para dokter telah menggunakan obat ini untuk pasien kanker pankreas, kanker payudara, kanker empedu, hingga kanker kepala dan leher. Salah satu jenis yang dipakai adalah anti PD-1 biasa diberikannya pada pasien dengan reputation performa fisik yang kurang baik.
“Obat yang diberikan untuk terapi sistemik haruslah yang tidak menurunkan repute performa pasien,” ujarnya.
Hasilnya cukup baik dan tanpa efek samping, meski efikasinya tidak sebaik pada kanker paru dan melanoma. Bahkan berdasarkan pengalaman Dr Andhika, pemberian obat ini meningkatkan development-loose survival hingga enam bulan.
“Progression-unfastened survival (PFS) adalah masa selama kanker tidak berkembang. Ini hal yang cukup menjanjikan, mengingat angka kesintasan (survival price) pasien kanker paru sangat rendah,”simpulnya.